Seorang perempuan yang tiba2 menangis tanpa sebab2 yang bisa diterima akal laki2. Seorang perempuan yang tiba2 ngambek hanya karena urusan kecil menurut ukuran laki2. Sesekali sedemikian manja dan amat ceria, pada kesempatan lain tampak begitu keras. Sesekali tampak cerdas dan pintar dalam berargumentasi, sesekali tampak sedemikian emosional dan logikanya tidak jalan.
Dunia laki2 sering mengajarkan pola hidup rasional, argumentative, cenderung mengeliminir unsur perasaan dan dalam banyak hal : kaku. Ia lebih bisa memahami mengapa seseorang berkelahi, daripada mengapa ada orang yang menangis dalam menyelesaikan masalah. Ia lebih bisa menerima seseorang yang berdebat dalam mempertahankan keinginannya daripada seseorang yang diam membisu dalam mengekspresikan keinginannya. Ia lebih mudah mengerti jawaban “iya” dan “tidak” daripada bahasa perasaan yang mengalir tanpa kejelasan.Tapi sedemikian pulalah yang dihadapi oleh sang istri. Seorang akhwat muslimah, yang belum pernah bersentuhan kulit dengan laki2 di masa lajangnya. Tiba2 ia merasa ada ” raksasa yang memperkosa” banyak rahasia dirinya. Sehelai rambut yang sempat menyembul keluar dari balik kerudung rapinya saja sudah cukup membuat ia malu dan merah padam wajahnya di depan laki2. Kini semua rambutnya berjurai lepas di dalam rumah, di hadapan seorang ikhwan. Ia mencoba menyesuaikan irama kehidupan dirinya dengan suami. Ia mulai mengenal dunia laki2 secara sangat dekat tanpa jarak. Ia mulai berinteraksi dengan benda2 perlengkapan laki2 yang dulu tak pernah terjamah olehnya. Bahasa2 dakwah yang kental dan bahkan amat pekat selama ini, telah mencetak sebuah kepribadian aktivis yang berbahasa lugas dan tak pandai juga tak terbiasa “berbunga-bunga” dalam berbahasa. Kini harus ada evolusi kultural, sejak dari penampilan, berparhum didepan suami, bersolek wajah, merajuk, merayu, bersikap manja dan
membahasakan cinta secara berbunga2. Kesemuanya itu tidak pernah ada pelajarannya. Tidak pernah ada materi pembinaannya. Tiba2 harus bisa, dalam waktu sekejap saja.
Cinta bisa saja menimbulkan prasangka, justru karena ingin mengekalkan kecintaan itu. Sebagaimana saling percaya harus tumbuh diatas benih2 kesuburan cinta dan kasih saying suami istri secara timbal balik. Tak pelak keikhlasan harus memancar serta secara tulus menerima apa adanya pasangan hidup masing2.
Untuk bisa mencintai dan merasakan dicintai, diperlukan pengenalan, sebagaimana kata orang bijak tak kenal maka tak sayang. Maka belajarlah untuk mengenali pasangan hidup masing2.oleh:
Cahyadi Takariawan, SSi, Apt
Jogjakarta.
from iqbalir.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar
~*~ Maaf, Untuk ngejaga supaya tetep aman komentar anda sebelumnya akan di moderasi dulu, so nggak akan langsung muncul, haturnuhun kangge perhatosannana,...